06/02/2016

Jelajah Sydney #15 - "Manpuku": Kedai Ramen Jepang dengan Menu Super Panjang dan Service yang Berkesan

#latepost #throwbackJun2015


Ada sebuah pengalaman yang cukup berkesan saat saya berada di Sydney tahun lalu. Saat itu hari sudah larut malam, tapi karena harus mengikuti sebuah event malam di kampus, saya dan teman-teman hanya sempat nye-nack dan belum mamam malam.


Selesai acara, langsung deh kite cabut buat dinner. Tapi, hiks, ternyata sejumlah rumah makan yang tadinya pengen kita datangi sudah gelap gulita alias tutup tanpa menunggu kami yang kece ini untuk nongkrong di sana. Not until we came across this restaurant. Catat, namanya "Manpuku" di Kingsford yang sebetulnya juga sudah tutup saat kami mendarat di sana akibat jarum jam yang sudah lewat pk. 21.30. Nampak para pekerja di dalamnya sedang beres-beres.


Teman saya pun masuk ke dalam dan pasang muka ngenes nego supaya kami boleh makan di sini karena kami sedang lapar membabi buta. Dan good news, ternyata mereka membolehkan!! Horee, tadinya udah bingung mau isi bensin, eh, perut dimana gitu karena resto di kiri-kanan-nya sudah selesai last order atau betul-betul tutup. Maaaciii... Manpuku.


Memang loh, karena sudah tutup, nggak ada lagi pengunjung yang sedang makan di dalam. Hanya ada meja dan kursi kosong yang jadi saksi bisu kedatangan kami malam itu, #apasih. Tapi menurut indra kesoktahuan saya, kedai ini pasti biasanya rame niih, soalnya ada papan waiting list gitu yang sering dipakai resto-resto untuk catat antrian pas kehabisan meja.


So let's order the food, broh! Inilah counter tempat kami pesan mamam, sekaligus tempat open kitchen berada. Yang menarik niih, saat makanan disiapkan, mereka buatnya sambil neriakin kosa kata-kosa kata apa gitu dalam bahasa Jepang, mungkin ucapan saling menyemangati. Lumayan syok juga pas tahu-tahu mereka teriak. Tapi keren, sih. Haha.. Biar udah malam dan hanya ada kami, masih aja mas-mas dan mba-mba Jepang itu ngikutin SOP ya.


Anyway, bingung juga mau mesan apa karena semua menu ramennya tampak seru, meski nggak terlalu banyak pilihannya. Oh ya, menarik bahwa ada menu yang ditawarkan dengan waktu terbatas dengan judul yang nggak biasa seperti "Miso Butter Corn", "Double Impact", "Magician's Red" dan "Shinku-Hado Buta". Tapi ramen limited time ini harganya lumayan bikin dompet limited juga. Ha.


Oke. Saya putuskan untuk beli Ramen yang nyentrik itu karena namanya yang mahapanjang: "Kono Deaini Kanshashite Aijyou to Jyounetsu Komete Issyoukenmei Tsukutta Uchirano Icchan Sukina Manpuku Shiawase Ramen". Fyuh. Atau singkatnya "Ramen No. 7, pleeease!" Wkwk.. Sedihnya nama sepanjang itu saya nggak ngerti satu pun arti katanya kecuali "Ramen".


Sambil menunggu menu pesanan jadi, bola mata ini pun nyambi ngeliat-liat tembok restoran. Wuaah.. ada banyak foto pengunjung berderet di sana, muka-muka bahagia yang sedang atau sudah selesai menyantap ramen di tempat ini.


Juga ada beberapa poster yang menjelaskan aneka ingredient yang dipakai dalam masakan Ramen. Poster lain misalnya memberi tips untuk menghabiskan Ramen dalam 5 menit karena semakin lama waktu yang kita belanjakan untuk makan Ramen, maka (1) Ramennya makin asin; (2) Kuahnya makin kental; dan (3) Mienya makin ngembang akibat menyerap kuahnya.


Lalu ada peringatan supaya tidak takut jika melihat tulisan berwarna putih di rumput laut alias seaweed yang nanti dihidangkan bersama ramen. Warna putih tersebut, katanya, dibuat menggunakan kalsium.


Untuk minum bisa ambil sendiri gelasnya dan air putih ini dari keran yang tersedia. Dingin dan segar!


Aaaah... datang juga pesanan saya. Mienya kenyal dan tebal. Rasanya tasty dengan kuah yang creamy dan rich. Maklum ada pork-nya. Hoho.. Untuk orang yang nggak suka asin, rasanya mungkin sedikit terlalu asin. Tapi it was okay for me. Untuk ukuran memang besar, tapi ramen-ramen di resto Indo pun nggak sedikit yang jumbo begindang. Dan betul looh, itu seaweed-nya ternyata dicetak dengan tulisan warna putih di atasnya yaitu nama dan logo restoran ini.


Wuah, ternyata banyak yang kasih feedback menyatakan mereka hepi makan di sini karena pelayanannya yang ramah dan suka rasa ramen yang disajikan.


Ada juga yang sampai meninggalkan kartu ucapan terima kasih (+ biskuit) karena Manpuku sudah membantu kedua pengirim kartu ini dalam pembuatan music video mereka. Dikatakan orang-orang Manpuku sangat antusias, murah senyum, dan penuh semangat sebagai satu tim.


Saya sendiri juga hepi makan di sini. Pertama, tentunya karena mereka rela masak lagi meski sudah jam 10 malam (dan terpaksa pulang lebih malam karena kami). Dan kedua, karena semangat dan keramahan pelayanannya tetap saya rasakan meski hari sudah malam dan wajah mereka sudah terlihat lelah. Saya rasa saya akan ingat resto ini untuk waktu yang lama... :)


EmoticonEmoticon