18/01/2016

Jelajah Sydney #12 - Menghabiskan Sehari Penuh di Strathfield (Berburu Barang Branded dengan Harga Miring di Factory Outlet Setempat)

Di suatu akhir pekan, saya diajak oleh beberapa teman untuk mengunjungi Strathfield - tujuan utamanya mau mampir ke sebuah factory outlet besar di sana yang menjual aneka pakaian branded dengan harga miring. Kami pergi naik kereta dan selanjutnya berjalan kaki yang, uhm, ternyata was a bad idea karena jalan kakinya itu jauuuuh pake banget. Harusnya setelah naik kereta, disambung bus dari halte mana gitu yah. #latepost #throwbackMar2015



FO yang saya tuju, lokasi tepatnya ada di suburb Homebush. Menariknya, sepanjang jalan kaki saya melihat sejumlah bangunan yang tampilannya seperti sudah di-abandon gitu, lengkap pakai coret-coretan grafiti juga. Berasa pergi ke sisi lain Sydney yang beda gitu, haha.. Contohnya adalah Niterider Theatre Restaurant ini. Arsitektur luarnya tampak jadul meski catnya masih okeh, mungkin sempat direnov. Ada blogger yang buat ulasan tentang gedung ini looh... (Anda bisa cek sejarahnya di sini dan nyontek bagian dalam bangunan ini di sini; dalemnya agak jadul dan terlantar gitu meski terlihat asik untuk bikin aneka event ada satu-dua panggung dengan area lapang dan cat yang meriah yang mirip tempat buat pentas dan tinju).



Ada juga beberapa ruko gitu, meski waktu ke situ banyak toko yang lagi nggak buka. Entah memang sudah tidak beroperasi atau sedang libur karena saya ke sananya pas weekend. Tapi anyway, masih sempat lihat ada spanduk pemilu lokal dan sejumlah mobil yang parkir di tepi jalan, yang artinya area ini masih 'hidup' dan cukup banyak penghuninya.



Nggak jauh dari FO yang saya tuju ada showroom mobil besar.



Yaay, setelah betis sukses melar, akhirnya sepasang kaki ini sampai juga di sini! Adalah DFO (Direct Factory Outlet) Homebush yang papan namanya segede gaban, hard not to notice deh.



Ternyata di dalamnya ramai bukan main. Ada foodcourt dengan berbagai tenant yang menawarkan bermacam-macam genre makanan.



Dan tentunya ada banyak toko pakaian bermerek (baik lokal Aussie seperti Cotton On, Glassons, dan Dotti, maupun merek asing yang sudah dikenal global seperti Coach Factory, Fossil, dan Calvin Klein) dengan tulisan sale dimana-mana. Pilihan tokonya banyak sekali! Meski nggak sebanyak pakaian, tapi dijual juga barang-barang lain loh (misalnya perlengkapan olahraga dan aksesoris seperti tas, kacamata hitam, sepatu, dan dompet). Harga produk di sini cukup menggoda dibanding harga biasanya di luaran. Ada yang memang sedang diskon. Ada juga yang didiskon karena cacat, tapi ada yang cacatnya sangat minor sedangkan harganya di-cut jauh. Perlu ngubek-ngubek dikit laah biar dapat ukuran yang pas dan model yang cocok dengan harga yang bikin nyengir. Rasanya nggak cukup spend satu hari doang di sini, karena banyak yang ingin dicoba.



Ohh yaaa.. ada tukang permak juga loh di sini. Cukup ditunggu sebentar, bisa langsung potong celana yang kepanjangan, beresin resleting yang rusak, dsb.



Belum sudah puas belanja, saya dan teman-teman pergi mencari makan. Kami pergi ke restoran Korea bernama Hanyang Galbi. Letaknya sekitar 3 km dari DFO, jadi pakai bus ke sananya. Kami tertarik masuk ke resto ini setelah lihat betapa ramai pengunjungnya. Saking ramainya, untuk mendapat meja, kami juga harus mengantri sampai ada yang kosong.



Wuah, benar-benar typical rumah makan Korea seperti yang saya temui saat ikut exchange ke Korea beberapa tahun silam: air putih dingin gratis dengan gelas stainless steel serta sendok yang ukuran suapannya kecil tapi gagangnya panjang seperti sumpit. Dan karena sudah masuk ke sini, tentunya harus pesan soju (소주) dan makgeolli (막걸리) doong. Sudah lama sekali sejak saya terakhir minum keduanya. Agak kangen sih, khususnya dengan rasa makgeolli (rice wine) yang intriguing.



Food fiesta! Sambil ngobrol, paling asik sambil isi pipi doong...



Habis itu, saya menemani teman yang ingin lihat-lihat penjual liquor yang letaknya tidak jauh dari resto tadi. Itung-itung nambah wawasanlah meski nggak beli apa-apa. Hehe. Sebetulnya menarik melihat banyak wine di Aussie yang harganya murah: tidak sulit menemukan wine dengan harga di bawah AUD 10 atau hanya di kisaran puluhan ribu rupiah sebotolnya. No wonder, soalnya banyak penghasil wine di Sydney, jadi 'kan harganya lokal gitu.



Oh ya, ada produk yang dikemas dalam ukuran shot loh, dan dijualnya per ember gitu. Jadi satu ember bisa dapat beberapa jenis minuman sekaligus. Ternyata produk alkohol pun bisa dikemas secara inovatif untuk menarik pembeli.



Dan berakhirlah perjalanan saya di Strathfield hari itu: belanja udah, makan udah, ngobrol udah. Saatnya pulaaang deh... :)


EmoticonEmoticon