19/09/2015

Jelajah Bangkok #2 - Pengalaman Naik Taksi DARI dan KE Airport

#recycledpost #throwbackDec2014


Maka tibalah saya di Thailand. Yay, akhirnya bisa meregangkan badan. Memang otot nggak bisa bohong, duduk di pesawat selama 3+ jam pegalnya alamaak. Eniweiii, tidak sabar rasanya keluar dari bandara untuk mengelilingi kota Bangkok yang pada tahun 2013 merajai Global Destination Cities Index yang diterbitkan oleh MasterCard atau dengan kata lain mendapatkan predikat Most Visited City in the World. Wuaah.. terbanyak dikunjungi sedunia! Kinda cool, isn't it?

Ooh ya, ada dua bandara lho di Bangkok: (1) Suvarnabhumi Airport (kode bandara: BKK), bandara baru yang humongous dan punya arsitektur maha keren; serta (2) Don Mueang Airport (kode bandara: DMK), bandara original Bangkok yang kini lebih banyak dipakai oleh penerbang low cost carrier seperti AirAsia yang saya naiki dan Nok Air (budget airline serba kuning terkenal punya Thai Airways International, yang hampir seluruh flight-nya melayani rute domestik di Thailand; and well - in case you don't know, Nok means "bird").
 

Saya yang berangkat dari Soetta melandas di bandara Don Mueang. Mengingat pesawat yang saya naiki tadi isinya penuh, maka tak heran bila antrian di bagian imigrasi cukup panjang. Fyi, sebagai sesama warga ASEAN, ada tambahan satu lajur spesial "ASEAN Lane" yang bisa jadi fast track yang convenient neh buat kita, khususnya apabila lajur "Foreign Passport" sedang ramai diisi orang. Suasana bandara agak lengang dan tidak se-crowded yang saya bayangkan dan karena tentengan saya semuanya masuk kabin pesawat, maka saya pun tidak perlu mengambil bagasi dan segera keluar mengikuti jalan yang ada.

Misi pertama: mencari kakak saya yang sudah terlebih dahulu tiba di sini dengan pesawat lain. Sempat was-was memikirkan gimana kalau nggak ketemu: masalahnya nggak ada akses ke Wi-fi di bandara ini (ada Wi-fi sih, tapi Anda harus merupakan member dari suatu provider di Thailand dan log-in dengan ID yang Anda punya, which is not applicable untuk foreigner yang nggak punya SIM Card dan baru sampai di sini kaya saya) sehingga kami nggak akan bisa komunikasi. Tapi syukurlah, tak butuh waktu lama ternyata kakak saya langsung ketemu. ~(˘▾˘)~ Haha.. (Update: ternyata kata Kakak saya ada Wi-fi di airport ini yang bisa dipake turis. Caranya, register pakai email dan nomor passport, terus akan dapat username dan password untuk pemakaian Wi-fi selama 2 jam.)

Karena saya sekeluarga tiba di malam hari, maka destinasi tunggal kami hari itu adalah penginapan, yakni The Mix Bangkok yang sudah kami pesan sebelum pergi dan berlokasi persis di sebelah stasiun BTS (Bangkok Transit System, singkatannya kalau nggak salah) Phra Khanong di Sukhumvit Road. Plan of the day-nya adalah mengumpulkan energi karena besok pasti banyak kesedot buat jalan kaki. Cara ke sananya? Pakai taksi.



Oh ya, sebelum mencari taksi, saya menyempatkan diri untuk mampir ke counter khusus turis yang ada di dekat sebuah outlet kopi bernama "Coffee Corner". Counter-nya memang sudah tutup, tapi paling tidak ada sejumlah peta wisata yang bisa saya ambil sebagai bekal beberapa hari ke depan. Dari sekian banyak peta yang ada, yang paling tourist-friendly menurut saya adalah peta dengan judul "map" (yang warna biru dan ada gambar cowo gantengnya tuh).

Jadi saya sarankan Anda ambil yang judulnya ini saja. Meski bisa jadi merupakan edisi lama (pas saya 2013) dan buatan sponsor (King Power), peta tersebut mudah dipahami oleh turis (gambarnya pakai kartun, legendanya jelas dan hanya meng-highlight wilayah yang perlu diketahui turis - jadi nggak puyeng liatnya, dan yang terpenting kontennya pakai ejaan A-B-C, instead of huruf Thailand yang melingker-lingker itu, haha). Btw, lagi ada syuting loh di sini waktu saya datang.



Kami mengantri taksi di suatu tempat dengan plang resmi di langit-langit yang bertuliskan "Taxi", atau untuk gampangnya, tempat tersebut ditandai oleh papan hitam bertuliskan "Meeting Point". Antriannya puanjang, tapi karena taksinya banyak, majunya juga cepet. Pengumuman resmi yang ada di bandara terkait biaya taxi: (1) Biaya berdasarkan meteran + kena tambahan charge 50 Baht untuk supir taksi; (2) Biaya tol harus dibayar oleh penumpang.



Di depan bandara sudah berjejer taksi aneka warna (sampe ada yang pink segala loh) serta petugas yang membantu melayani penumpang. Meski peraturan resmi mengatakan biaya taksi pakai meteran, tapi waktu kami tanya, petugasnya mematok harga di muka (misalnya ke Phra Khanong, mereka minta 500 Baht untuk taksi reguler, sudah termasuk biaya tol dan charge untuk supir taksi). TIPS: sebetulnya sebelum pergi, saya sudah tanya hotel dulu via email berapa harga taksi dari bandara ke hotel, dan diberi tahu kisaran harganya 400 Baht (jadi ini udah aware kalau dikatrol gitu).



Karena kami berjumlah 5 orang, maka nggak boleh naik taksi yang reguler (maksimum 4 orang). Karena itu kami naik taksi besar (Innova) ini. Biaya yang dipatok 600 Baht sampai ke BTS Phra Khanong. ƪ(° ̯˚ ʃ) Well, sebetulnya Netizen banyak yang saranin bahwa kita harus insist pakai meteran (which I didn't do, tapi Anda boleh coba). TIPS PENTING: sebelum datang, salinlah nama dan lokasi hotel Anda dalam huruf Thailand dengan lengkap dan jelas. Catat juga nomor telepon hotel Anda. Supirnya tidak bisa bahasa Inggris dan tidak bisa baca abjad A-B-C, sehingga kami sempat tersasar (untungnya kami simpan nomor telepon hotel, sehingga supirnya langsung telepon pegawai hotel dan menanyakan lokasinya).



Sebelum naik taksi, kami diberikan tiket/form ini, dimana memang jelas tertulis seharusnya biaya taksi berdasarkan meteran di luar surcharge sebesar 50 Bath dan biaya tol. Kemudian ada juga info mengenai apabila Anda kehilangan barang di taksi atau ingin menyampaikan keluhan, Anda bisa mengirimkan form tersebut ke Palang Ruam Co. Ltd. atau telepon ke 088-690-5470 atau 02-535-1616.

Naah... itu cerita ketika pergi. Ketika pulang, saya pakai taksi yang reguler di pagi hari (karena kakak saya pakai pesawat berbeda, kami sekeluarga pulangnya berempat sehingga nggak perlu pakai taksi gede itu). Kali ini kami memakai meteran, yang berhenti di angka 215 Baht saat kami sampai (berangkat dari The Mix Hotel dan tiba di Don Mueang). Biaya ini belum termasuk tol dengan total sebanyak 4 kali saya membayar tol (masing-masing 40 Baht, 25 Baht, 50 Baht, dan 60 Baht). Dengan demikian total uang yang kami keluarkan untuk naik taksi reguler ke bandara adalah 390 Baht.

Ternyata memang jauh beda sama harga 500 Baht yang pertama kali ditawarkan di bandara jika naik taksi reguler hoho..., kalau dihitung-hitung bedanya jadi sekitar 28% (yaa meskipun memang tergantung dari kondisi lalu lintas juga), tapi ternyata terbukti yaa... (dan bener yang dibilang orang hotel kalau harga taksi sekitar 400 Baht)... (¬-̮¬)-σ jadi karena di gugel juga banyak yang saranin sebisa mungkin pakai meteran, jangan pakai fixed rate yang dikasih di awal karena jatuhnya akan lebih mahal.


EmoticonEmoticon