19/09/2015

Jelajah Bandung #4 - Rehat Sejenak di Rest Area KM 72

#recycledpost #throwbackAug2013


Pada liburan lebaran yang silam, saya dan keluarga menyempatkan diri untuk singgah ke Bandung. Kami berangkat pada H+1. Untuk ukuran holiday week, jalanan menuju Bandung terbilang lancar dan tidak terlalu ramai dengan kendaraan. Sekitar km 12 tol cikampek, tiba-tiba jalanan menjadi macet. Mobil-mobil bergerak pelaaan banget. Dari aplikasi Waze yang kini menjadi teman andalan kami untuk di dalam berlalu-lintas (thank you, developers!), kami mengetahui bahwa kemacetan tersebut terjadi karena ada kecelakaan lalu lintas. Memang betul, dari arah sebaliknya tampak mobil derek bergantian mengangkut dua kendaraan yang sedikit ringsek di bagian depan. Ada bekas darah, serpihan kaca, dan pecahan bodi plastik kendaraan ketika kami melewati area tersebut. Hiii... Bikin bergidik pagi-pagi gini... Kemacetan terjadi kurang lebih 4 km dan sesudah itu semuanya lancar.


Karena hari sudah siang dan pegal rasanya duduk sekian jam di dalam mobil, kami pun memutuskan untuk singgah di rest area km 72 tol Cipularang. Pantuan penulis, parkir penuh. Apalagi toiletnya, seperti mengantri sembako saja. Penjaga toilet yang tidak mau melewatkan momen ini, duduk di depan WC, dan dengan cerdiknya memegang tumpukan Rp 2.000-an di tangannya supaya pengguna toilet ragu dan akhirnya membayar dengan jumlah tersebut (dari sekian banyak orang, saya hanya sempat melihat satu orang yang sadar dan nggak ragu membayar Rp 1.000 saja, harga yang memang umum berlaku di toilet umum).

Di Rest Area ini terdapat cukup banyak tenant dan fasilitas, seperti rumah makan (foodcourt, resto padang "Sederhana Bintang", warung Soto Sadapur, Waroeng Loemayan (lol, what an interesting name), CFC, dll), minimarket (Starmart, Alfamart, Lawson, Indomaret), ATM, pom bensin, dan lainnya. Sebenarnya ingin sekali beli roti di minimarket, tapi semuanya kehabisan stok. Sejumlah stall makanan di foodcourt juga menjual roti dengan merk tertentu, tapi kadaluwarsanya tiga minggu. Meski ada nomor apa gitu dari DepKes RI, tapi tetep ajaaa.. hiiii.. serem amat..


Setelah sebelumnya ingin makan soto di sebuah rumah makan. Tapi karena terlalu ramai (kurang pegawai sepertinya, soal'e pengunjung mebludak di liburan begini), pesanan kami pun nggak jadi-jadi (dan belakangan mengetahui bahwa sepertinya harganya cukup tinggi), kami akhirnya memutuskan untuk makan padang di foodcourt saja (sebagai gambaran, nasi + ayam goreng + sayur nangka + daun singkong kira-kira seharga 18-20ribu). Minimnya penerangan di area foodcourt sedikit terkompensasi oleh masuknya sinar matahari dari luar. Adik saya memesan nasgor sapi seharga Rp 26.000. Lucunya karena sang pedagang lupa memasak telor yang menjadi bagian dari paket nasi goreng ini, beliau memberikan bonus satu mangkok goreng nasi goreng sebagai kompensasi.

1 comments so far

Hati-hati kalo beli di warung/rumah makan Sadapur (soto Sadang), harganya mahal banget, tidak sebanding dengan makanannya, makanannya juga tidak segar


EmoticonEmoticon